Minggu, 24 Februari 2019

Sulitnya Masuk Perguruan Tinggi, Ditolak Enam PTN dan Satu PTK!


Assalamualaikum Wr.Wb

            Hai! Aku adalah seorang gadis bernama Aniken yang memiliki tekad serta keinginan yang kuat.  Sejak kecil aku ingin sekali menjadi guru matematika, memikirkan cita-citaku saja sudah membuatku tersenyum seakan cita-cita tersebut sudah kugapai. Aku sangat menyukai pelajaran yang orang lain benci yaitu matematika, maka dari itu ketika lulus SMA aku ingin masuk UPI Jurusan Pendidikan Matematika.

            Aku bersekolah di SMA Negeri 4 Cimahi. Ketika kelas tiga, aku lolos seleksi SNMPTN. Dalam jalur SNMPTN aku memilih UNPAD Jurusan Matematika dan UPI Jurusan Pendidikan Matematika. Aku sangat percaya diri akan diterima di perguruan tinggi yang kuimpikan tersebut karena nilai-nilai ku yang memuaskan dan aku cukup berprestasi ketika di SMA, bahkan aku menjadi Juara Umum IPA. Namun, pada kenyataan ekspetasi yang dibayangkan tidak seindah realitanya. Aku gagal mendapatkan SNMPTN, kepercayaan diriku berubah menjadi kecemasan. Segala usaha dan prestasi yang kuraih seakan tak ada artinya, gelar juara pun tidak bernilai lagi. Namun aku tidak patah semangat, aku menjadi lebih giat belajar dan semangatku membara seperti api. Ketika aku gagal SNMPTN aku bersyukur karena teman, guru, dan keluarga memberikan semangat dan dukungan kepadaku.

            Lalu aku bangkit dan bertekad untuk lolos SBMPTN. Sebelum mengikuti SBMPTN aku sempat menerima beasiswa dari salah satu politeknik swasta di Purwakarta Jurusan Mekatronika. Hal ini merupakan kabar gembira, orang tuaku pun senang mendengarnya. Tetapi, aku menolak beasiswa tersebut karena ibuku khawatir dan memiliki firasat yang tidak baik. Setelah itu, tujuanku berubah ingin masuk STAN Jurusan Pajak dan mencoba jalur SBMPTN. Melalui jalur SBMPTN aku mengambil pilihan UPI Jurusan Pendidikan Matematika, UNDIP Jurusan Kimia dan Unsoed Jurusan Biologi. Aku mempersiapkan segala sesuatunya untuk tes STAN dan SBMPTN. Pagi, siang dan malam kuhabiskan waktu untuk latihan soal dan membaca. Hari tes pun tiba, aku diantar ayahku naik motor ke lokasi ujian. Masih teringat di benakku ketika itu ayahku mengambil gambarku sambil tersenyum dan berkata “Semangat ken! Jangan lupa berdoa”. Aku sangat semangat mengisi soal-soal ujian tersebut karena dukungan ayahku dan doa ibuku. Ketika hari pengumuman tiba, Aku gagal masuk perguruan tinggi yang kuimpikan melalui tes SBMPTN dan aku gagal masuk STAN. 

            Sedih, kecewa, bingung. Itu yang kurasakan ketika gagal masuk perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN,SBMPTN, dan STAN. Aku sempat mengikuti jalur rapot untuk masuk POLBAN, namun lagi lagi aku gagal. Aku tidak tahu harus bertindak apa, tidak tahu harus melangkah kemana. Tidur tidak bisa, makan pun tak nafsu. Seakan-akan harapan sudah pupus. Tapi dibalik itu semua aku bersyukur memiliki orang tua yang selalu mendoakan, memberikan semangat, serta memberikan harapan baru kepadaku.

            Langkahku selanjutnya adalah mengikuti ujian POLBAN jalur tes tertulis. Dan aku gagal lagi. Ini adalah titik dimana aku frustasi dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Muncul pertanyaan di kepalaku, kenapa ini semua terjadi kepadaku, kenapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang menjadi keinginan dan harapanku. Tak lama, aku mendapat pengumuman diterima di UNISBA Jurusan Matematika melalui jalur rapot. Jurusan yang selama ini kuimpikan, tetapi biayanya yang sangat mahal tidak memungkinkan aku kuliah disana. Kemudian, temanku mengajak untuk masuk UIN melalui jalur mandiri. Aku tidak tahu UIN apa dan ada dimana. Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengambil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Alasan aku mengambil jurusan ini adalah karena akreditasinya A dan aku sudah lelah jadi aku memilih jurusan yang murah dan akreditasinya baik. Ini adalah langkah terakhirku, aku sempat berpikir jika aku gagal lagi maka aku siap untuk mencoba tahun depan dan mencari pekerjaan untuk mengisi kekosongan. Ketika aku membuka pengumuman akhirnya aku tidak melihat kata “Mohon maaf, anda tidak lulus”, yang kulihat adalah tulisan “Alhamdulillah anda lulus...”. Akhirnya aku diterima di UIN SGD Bandung Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

            Ketika aku diterima di UIN SGD Bandung Jurusan KPI, disaat yang bersamaan aku diterima di UNJANI Jurusan Manajemen. Terjadi pergejolakan batin, bingung harus memilih yang mana. Saat itu seseorang pernah berkata “Mau jadi apa nanti kalo kuliah di Jurusan KPI UIN SGD Bandung? Akreditasinya apa? Kalau disitu harus kuat, karena belajar soal agama. Pikirkan kedepannya apa kamu kuat? Lebih baik kuliah di Jurusan Manajemen”. Kalimat itu lah yang membuat aku memilih UIN SGD Bandung. Aku ingin membuktikan aku bisa berhasil dimanapun aku berada meskipun jurusan itu bukanlah keahlianku, aku akan berusaha kuat dan menerima semua ini. Karena tujuanku adalah membanggakan  dan mengangkat derajat orangtua.

            Pada dasarnya ada banyak hikmah yang diambil dari perjuanganku masuk Perguruan Tinggi. Yaitu dalam prosesnya aku sadar banyak kekurangan dalam diri ini dan aku mencoba memperbaiki sedikit demi sedikit salah satunya adalah aku mulai menggunakan hijab. Aku sadar mengikuti ego tidaklah akan ada akhirnya, apapun yang terjadi kita harus bersyukur. Dan aku tersadar Allah pasti akan memberikan jalan yang paling baik untuk umatnya, hal itu terbukti dalam kisahku ini. Aku berusaha terus menerus, selalu gagal. Allah menguji kesabaranku dan menguji semangatku. Namun pada akhirnya Alhamdulillah aku berhasil, itu semua terjadi karena kehendak Allah Swt. dan doa orangtua serta teman-teman dan guruku. Terimakasih kuucapkan kepada semua guru, teman-teman dan terutama untuk ayah dan ibuku. Masuk Perguruan Tinggi memang sulit, tetapi ingatlah rencana Allah selalu berakhir dengan kebaikan, dan jika yang didapatkan belum baik maka itu bukanlah akhir.

Wassalamualaikum Wr. Wb